Hujan di Jendela

Pada deburnya kusampaikan dendam

Merajam pada hati yang tercabik amarah

Luka ini kian menganga karena kau

Lemparkan garam

 

Kau pergi tanpa sepatah kata

Sesudah kau reguk cinta

Kau lumat hatiku tanpa koma

Dan kau tinggalkan benih suci

Dosa kita

 

Kucoba berteriak tapi tercekat

Airmataku tumpah untuk kemudian hilang

Terbawa pasir yang sesekali diseret arus

 

Aku mendendam padamu seluas laut

Kusumpah dan serapah agar kau hilang

selamanya

Mati di tengahnya, suatu hari

 

Tangerang, 10 Juni 2020

 

(Angkatan KPO 20)