Makna Idul Adha Dari Aghniya Untuk Dhuafa
Siang itu saya dan ibu asyik duduk-duduk di kursi depan rumah yang terbuat dari bambu. Kursinya berderit kriiit..kriitt… bila diduduki karena sudah mulai kendor sana sini ikatannya. Biasanya saya dan ibu memang bersantai selepas makan siang sambil memandang pohon-pohon di halaman, ada pohon delima, ada pohon jambu jamaica—saya lupa nama sebenarnya, tanaman kunyit, pandan, dan tanaman palawija lainnya.
Kalau cuaca sedang tak hujan biasanya hembusan angin meniup daun-daun pepohonan. Oleh karena saya tinggal di lokasi perkampungan yang masih banyak pepohonan, tak jarang suara burung-burung yang sarangnya di atas pohon sekitar rumahpun bernyanyi riang. Senang rasanya kalau sudah mendengar harmoni alam.
Halaman rumah saya memang berpagar rendah, sehingga siapa saja yang lewat hampir seluruhnya menyapa. Namun, siang itu terlihat seorang perempuan yang tinggalnya tak jauh dari rumah mondar mandir. Mba Iyak, begitu biasanya dipanggil sudah beberapa kali saya lihat mondar mandir di depan rumah.
“Kak (sapaan mba Iyak kepada saya), mb Iyak malu mau ngomongnya.” Ucap mb Iyak perlahan.
“Kenapa?” tanya ibu dengan sorot mata menebak-nebak.
“Begini, saya mau pinjam uang seratus ribu untuk beli buku sekolah anak, nanti tanggal 15 saya bayar.” Balasnya pelan.
Saya dan ibu berpandangan sebentar kemudian saya beranjak ke dalam untuk mengambil satu lembar pecahan seratus ribu berwarna merah dari dalam dompet hijau di dalam tas kerja. Sempat saya usap dada betapa harunya seorang ibu yang berjuang demi anaknya tetap sekolah.
Saya serahkan uang tersebut kepadanya.
Dengan mengucap syukur mb Iyak terlihat berkaca-kaca. Tak lama berselang mb Iyak pun pulang. Tinggal saya dan ibu saling memandang. Kami membayangkan betapa sulitnya mb Iyak.
Saya mendengar dari ibu kalau mb Iyak beberapa kali kadang meminjam uang ibu saya. Bahkan sebelum Idul Fitri beberapa bulan lalu, mb Iyak meminjam sejumlah uang lagi untuk keperluan hari raya.
Pekerjaannya sebagai buruh cuci sekaligus menjaga anak tetangga belum cukup menutupi kebutuhan keluarga. Suaminya sudah tiada, anak-anak mb Iyak pun biasa-biasa saja. Ada yang tukang ojek ada pula yang bekerja di salon dengan penghasilan seadanya.
Lama saya tertegun, kemudian ibu berkata semoga nanti mb Iyak dan keluarga merasakan daging kurban di hari raya Idul Adha yang sebentar lagi terlaksana. Sebab, untuk membeli daging di hari raya Idul Fitri pun mb Iyak tak ada biaya.
Mengenalkan Sejarah Singkat Idul Adha Pada Zaman Nabi Ibrahim Kepada Mameru
Suatu hari Mameru anak kedua saya pernah bertanya tentang makna Idul Adha atau biasanya anak-anak akrab dengan sebutan Lebaran Haji (karena perayaan Idul Adha bertepatan dengan Ibadah Haji kaum muslimin di Makkah). Ia menanyakan kenapa ada kambing dan sapi yang diikat di pelataran masjid ketika hendak sholat berjamaah. Tentu saya harus menjawab dengan benar dan sesuai sebab anak usia 5 tahun belum tentu mudah memahami perihal kurban yang dilakukan oleh nabi Ibrahim.
Dahulu kala dikisahkan nabi Ibrahim bermimpi, dalam mimpinya ia diperintahkan untuk menyembelih anaknya Ismail. Kemudian nabi Ibrahim menceritakan perihal mimpinya kepada nabi Ismail. Tak disangka tak diduga ketaatan mereka berdua sungguh luar biasa.
Nabi Ismail meminta ayahnya untuk taat pada Allah SWT agar menunaikan mimpinya. Akhirnya nabi Ismail disembelih oleh nabi Ibrahim, namun karena ketaatannya itulah akhirnya sembelihan itu berubah menjadi hewan—kisah ini diceritakan dalam Al-Qur’an surat Ash-Shafaat ayat 102 – 107.
Mameru tertegun mendengar kisah nabi Ibrahim dan nabi Ismail tersebut. Saya sampaikan bahwa pengorbanan dan keikhlasan nabi Ibrahim semata-mata karena ketaatannya pada Allah SWT hingga akhirnya nabi Ismail berubah menjadi hewan kurban. Maka untuk memaknai pengorbanan yang dilakukan nabi Ibrahim setiap perayaan Idul Adha atau Ibadah Haji seluruh umat muslim merayakan hari raya Idul Adha dengan menyembelih hewan berupa sapi, kambing atau unta sebagai hewan kurban.
Semangat Idul Adha di Kampung Sepatan Tangerang
Sepekan sebelum perayaan Idul Adha di Masjid Jami At-taqwa depan rumah saya biasanya hewan kurban sudah berkumpul di pelataran masjid. Mulai dari sapi hingga kambing beberapa ekor. Kalau sudah begitu, Sangkala dan Mameru senang bolak balik selepas sholat berjamaah untuk sekadar melihat hewan-hewan kurban.
Tak jauh dari lokasi hewan diikat biasanya ada rumput-rumput untuk makanannya. Anak-anak termasuk Sang dan Meru ikut memberi makan hewan kurban dengan jarak aman tentunya—agar tidak di-seruduk. Momen Idul Adha selayaknya Idul Fitri membuat anak-anak bersemangat untuk berlama-lama di masjid.
Biasanya para pemuda masjid sudah membentuk panitia untuk melaksanakan perayaan Idul Adha. Menerima kurban warga sekitar, melaksanakan kurban, hingga membagikan hewan kurban kepada yang berhak menerimanya. Semua dilakukan bergotong royong agar seluruh acara terlaksana dengan baik dan lancar.
Mba Iyak biasanya memang termasuk warga yang menerima bungkusan hewan kurban saat hari raya Idul Adha tiba. Mba Iyak pernah bercerita kalau bukan lebaran Idul Adha jarang sekali keluarganya makan daging sapi bahkan daging kambing. Mba Iyak dan keluarga juga senang membantu pelaksanaan Idul Adha di masjid.
Hikmah Idul Adha Bagi Para Aghniya dan Mba Iyak
Idul Adha merupakan bentuk perayaan tahunan bagi semua umat muslim di seluruh dunia dengan syarat dan rukun yang sudah ditentukan hal ini disebut juga ibadah mahdah. Kaum berpunya yang memiliki kemampuan finansial untuk berqurban biasanya menyambut gembira tiap hari raya Idul Adha tiba. Sementara di lain sisi, saudara kita seperti Mba Iyak pun tak kalah gembira menyambut lebaran haji atau Ibadah Kurban tiba.
Adapun hikmah Idul Adha yang dapat dipetik oleh seluruh kaum muslimin antara lain:
Meneladani Ajaran Nabi
Sebagai muslim yang menaati perintah Allah dan para rasul, menjelang Idul Adha tiba bagi yang mampu turut serta melaksanakan kurban. Dengan berkurban artinya kita mengikuti perintah Allah SWT dan meneladani ajaran nabi Ibrahim.
Melatih Keikhlasan
Wujud pengorbanan yang dilakukan nabi Ismail adalah keikhlasan untuk memberikan seluruh jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT dengan bersedia dikorbankan oleh ayah kandungnya sendiri. Nabi Ibrahim juga memiliki kelapangan hati dan keikhlasan yang tinggi mengingat pengorbanan anaknya demi ketaatan pada Allah SWT. Keikhlasan seperti yang dilakukan oleh nabi Ibrahim tentu sangat sulit dilakukan oleh manusia masa kini.
Melatih Kepekaan Sosial
Kepekaan sosial dalam hikmah Idul Adha tentu terlihat dari hewan kurban yang dibagikan kepada para dhuafa. Bentuk kepekaan sosial inilah yang mampu menyeimbangkan kaum yang berpunya dengan mereka yang bahkan membeli daging pun tak memiliki biaya. Dengan adanya Idul Adha kaum dhuafa seperti Mba Iyak pun dapat merasakan makan daging yang biasanya sulit untuk didapatkan.
Manfaat Idul Adha dalam Sosial dan Ekonomi
Manusia hidup memang memerlukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mulai dari pangan, sandang, dan papan. Semakin hari kebutuhan manusia semakin meningkat, hasrat untuk memiliki kebutuhan tersebut pun bermacam-macam dan berbeda untuk setiap orang. Misalnya saja kebutuhan akan kendaraan, pakaian dan lain-lain.
Sifat konsumerisme ini sangat terasa apabila hidup di kota besar seperti Jakarta. Setiap orang kadang berlomba-lomba mengejar dunia lebih dari kebutuhannya. Manfaat Idul Adha ini juga dapat menekan sifat konsumerisme manusia sehingga lebih memiliki kepekaan sosial terhadap sesama.
Masih banyak mb Iyak lain yang butuh uluran tangan kita melalui zakat, infak, wakaf, berkurban dan atau sebagainya. Dengan kepedulian terhadap sesama maka momen Idul Adha dapat meningkatkan nilai sosial si berpunya kepada kaum yang tak bisa menikmati daging sehari-harinya.
Dahulu makna Idul Adha lebih kepada ketakwaan pada perintah Allah SWT untuk menyembelih anak kandungnya. Namun kini dan nanti manfaat Idul Adha lebih kepada ketakwaan terhadap ajaran nabi Ibrahim serta kepekaan sosial terhadap sesama yang kurang beruntung dalam hal perekonomian.
Dengan mayoritas muslim yang sangat besar Indonesia harus bisa mengelola bentuk perayaan Idul Adha menjadi ajang membangun ekonomi umat ke arah yang lebih baik lagi. Bukan tidak mungkin suatu hari pengelolaan Ibadah Kurban ini membutuhkan sarana, prasarana serta dukungan dari semua pihak misalnya saja Telkom Group.
Dilansir dari website Telkom, pada tahun 2021 kemarin dalam rangka memaknai Idul Adha Telkom Group berhasil menyalurkan 868 hewan kurban ke seluruh Indonesia. Meskipun tahun lalu masih dalam masa pandemi Telkom Group tetap melaksanakan perayaan Ibadah Haji dengan menyalurkan hewan kurban. Acara simbolisnya dilakukan dengan daring atau melalui zoom/online dengan dukungan internet provider yang mumpuni seperti IndiHome.
Tentu saja kegiatan semacam ini akan membawa dampak positif terhadap sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Pengelolaan kurban pada hari raya Idul Adha akan meningkatkan ketakwaan dan kepekaan diri terhadap sesama. Seperti mba Iyak bisa merasakan juga memasak olahan daging di hari raya Idul Adha.
Yuk! Pilih kambing atau sapi via online jangan lupa pastikan pakai paket IndiHome agar tenang transaksinya sebab IndiHome sinyal kuat dan akurat.
MaasyaaAllah, bagus bgt tulisannya kakak,,,,btw aku pake Indihome juga lho kan🤗
Semiga kita semua bisa memaknai idul qurban dengan baik ya…😇
Kalo bahas indihome sih udh juaranya…sinyalnya bagis, pelayanannya juga luar biasa…. 😁
Wahhhh bagusss saya juga pakeee indihome
Comment👍👍👍👍👍👍👍👍
Bagussss ceritanyaaa
bagus ini nambah pengetahuan
bagus bangettt🥰🥰
Everything is gonna be online
Semua senang, pesan kambingpun ikut online
Yeayyyy pesan kambing ready online yaa currently 👍