Hujan di Jendela

forest-cuisine-blogger-gathering-perempuan-dan-hutan-teruslah-memberi-kebaikan
Sumber: Dok. Pribadi

“alhamdulillah tulisan ini mendapat Juara 3 dalam Forest Cuisine Blog Competition yang diselenggarakan Blog Perempuan Network bersama WALHI” 

Karti berjalan menyampirkan seikat besar rerumputan dan kayu bakar di punggungnya, sesekali kakinya menjepit erat sandal jepit yang dibawahnya telah dijahit dengan benang karena putus termakan aspal–kadang bebatuan. Tumitnya menebal gambaran perjuangan panjang keseharian Karti berjalan menyusuri hutan mencari rumput, kayu bakar, dan sumber pangan untuk hidup.

Selepas menyusuri hutan dan melewati aspal jalanan, Karti bergegas pulang untuk memasak sebelum petang datang. Sebagaimana kodratnya menjadi perempuan, Karti selalu senang memasak makanan dari tangannya sendiri. Tiap hari sebelum matahari sepenggalah, Karti akan memetik sayuran dan mencabut umbi-umbian di hutan belakang rumahnya untuk makan. Karti tak lupa untuk menanamnya kembali agar bertumbuh untuk anak-anak dan cucunya kelak. Karti tahu apabila ia tak menanam kembali sumber pangan yang telah diambilnya dari hutan, hutan tak kan memberi kebaikan lagi. Karti tak ingin anak cucunya, generasi selanjutnya, kehilangan hutan untuk kehidupan.
***
Hutan dan kehidupan memiliki keterikatan tak bersyarat dengan perempuan. Sebagaimana perempuan mengasihi anak dan keluarganya, perempuan pun memiliki ikatan emosional kuat terhadap hutan sebagai sumber pangan kehidupan. Tidak hanya sebagai sumber pangan, perempuan percaya segala macam bentuk penyembuhan penyakit yang Tuhan berikan dapat disembuhkan oleh alam–melalui pepohonan dan tanaman obat-obatan. Salah satu bukti pengejawantahan sederhana pada kecintaan perempuan terhadap hutan adalah memasak sumber pangan yang diperolehnya dari hutan. Silahkan baca juga tulisan saya sebelumnya disini “Hutan Sumber Pangan Jangan Hilang”.
Kalau sudah berbicara soal perempuan, memasak, dan sumber pangan dari hutan–seikat bagai sirih serumpun bagai serai. Ini terbukti dari kegiatan Blog Competition yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network bekerjasama dengan WALHI dalam acara “Forest Cuisine Blogger Gathering” yang diselenggarakan pada tanggal 29 Februari 2020 di Almond Zucchini Cooking Studio, Jakarta.

lomba-blog-forest-cuisine-hutan-sumber-pangan

WALHI atau Wahana Lingkungan Hidup Indonesia merupakan satu-satunya organisasi terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang perlindungan lingkungan hidup dan kehutanan. Sementara itu Blogger Perempuan Network adalah wadah platform digital blogger perempuan terbesar di Indonesia  yang bergerak menyatukan perempuan-perempuan hebat Indonesia untuk saling belajar, berbagi inspirasi dan menghebat bersama. WALHI dan Blogger Perempuan Network mengundang 30 Finalis Blog Competition untuk bersama-sama mengkampanyekan hutan sebagai sumber pangan dan membuktikannya melalui kegiatan memasak bersama.

Ice Breaking/Games

Dipandu oleh Fransiska Soraya atau akrab disapa Kak Ocha sebagai MC tentulah acara “Forest Cuisine Blogger Gathering” menjadi meriah dan penuh canda tawa. Betapa tidak, setelah memperkenalkan diri dan me-review singkat susunan acara, Kak Ocha memandu ice breaking/games asik bertabur hadiah, yes! Siapa yang kuat menolak kalau sudah begitu?!

forest-cuisine-blogger-gathering-blog-competition

Pemutaran Film : WALHI

Pemutaran film pendek bertema lingkungan hidup dari WALHI berjudul “Kita Masih di Planet Bumi” memberikan 30 finalis gambaran betapa penting menjaga hutan tetap lestari. Mengangkat kisah tentang pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dan kehutanan, film tersebut menceritakan bahwa sampah terutama plastik, kebakaran hutan, polusi udara, emisi gas buangan industri, limbah pabrik yang dibuang sembarangan ke lingkungan sudah sedemikian mengancam bumi. Hentikan penggunaan fosil sebagai energi, hentikan penggunaan plastik sekali pakai, kurangi mengkonsumsi produk sawit. Karena tak ada planet lain selain bumi yang bisa kita huni. Mulailah dari sekarang! Pilihan ada di tangan kita sendiri! Film “Kita Masih di Planet Bumi” selengkapnya bisa dilihat di sini:

Talk Session

Hadir pula pengisi acara sebagai narasumber–para perempuan hebat–dari berbagai profesi yang dekat dengan hutan, sebagai berikut:

Khalisa Khalid (Mbak Aline) – Perwakilan dari Eksekutif Nasional WALHI

khalisa-khalid-walhi-nasional-eksekutif


Lain Karti, lain pula Mbak Aline, namun mereka sama-sama perempuan hebat dengan caranya masing-masing dalam menjaga hutan–tujuannya satu menjaga hutan demi generasi mendatang. Mbak Aline sebagai salah satu penggiat lingkungan pada organisasi WALHI memiliki semangat juang tinggi mengkampanyekan arti penting menjaga hutan Indonesia serta mendorong upaya perlindungan dan penyelamatan hutan. Hutan tidak hanya onggokan pohon saja, melainkan juga merupakan ruang hidup satu kesatuan ekosistem yang terdiri dari pohon atau tumbuhan, satwa, tanaman obat-obatan, tanaman pangan, kebudayaan, dan masyarakat adat. Hutan merupakan identitas masyarakat setempat. Menurut Mbak Aline, hutan mono culture seperti pohon sawit saja bukan hutan, karena kehilangan manfaat multinya seperti apotik alam, sumber pangan, penjaga pangan keluarga, penjaga iklim dan ekosistem. Hutan merupakan sekolahnya perempuan, sumber pengetahuan, jika hutan hilang maka pengetahuan akan keberagaman fungsi hutanpun akan hilang. Mbak Aline menyampaikan 2 (dua) pesan dalam menjaga hutan dan lingkungan, yaitu:

  1. Bijak menggunakan produk dengan memakai sesuai kebutuhan karena terkadang perilaku konsumtif terutama masyarakat perkotaan yang membuat permintaan terhadap barang-barang semakin meningkat, ditambah lagi kalau keinginan itu bakal merusak hutan. Perhatikan apa yang dibutuhkan bukan yang kita inginkan.
  2. Membeli barang-barang atau pangan yang diproduksi dari petani atau komunitas, hindari membeli produk luar yang lebih murah, kalau bukan kita yang mencintai produk sendiri siapa lagi? So, mulailah mendukung produk dalam negeri kita sendiri.
produk-komunitas-kehutanan-walhi
Sumber: Dok. Pribadi

WALHI Champion : Ibu Sri Hartati (Ibu Tati)

Perempuan yang berasal dari Sumatera Barat ini memiliki prestasi terhadap kepeduliannya menjaga kelestarian hutan dan lingkungan. Berbekal ilmu sederhana dan semangat seorang ibu, beliau mampu mengembangkan produk olahan dari hutan lewat buah pala. Kelincahan tangannya tak perlu diragukan, ibu yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kelestarian hutan ini sesenggukan mengenang hutan kini perlahan menghilang. Namun, di tanah kelahirannya beliau berikrar akan tetap menjaganya sampai titik darah penghabisan. Melalui kegiatan olahan pangan dari hutan itulah beliau mengajak para ibu–perempuan–di kampungnya untuk bersama-sama menciptakan lapangan pekerjaan sekaligus menjaga kelestarian hutan sebagai sumber pangan. Melalui komunitas, ibu Tati berembug mengumpulkan iuran sebesar Rp 100.000,- ditambah iuran sebesar Rp 12.000,- per bulan untuk memproduksi olahan yang berasal dari buah pala. Produknya bermacam-macam, sirup, manisan, dan lain-lain. Komunitas ibu Tati bahkan turut serta dalam perlombaan yang diadakan di daerahnya. Sangat inspiratif!

WALHI Champion : Tresna Usman Kamaruddin

walhi-champion

Cucu dari seorang petani dan berasal dari Sulawesi Tenggara tak lantas membuatnya terlena pada lebatnya hutan di sana. Perempuan pejuang cancer sekaligus pengusaha kopi ini berhasil membuktikan bahwa hutan mampu menjadi penyembuh segala sakit. Beliau mengatakan saat kita berkomunikasi dengan alam, maka alam akan memberikan kebaikan dan manfaat pada manusia. Ini terbukti dari pepohonan dan tanaman yang ditanamnya sendiri telah memberikan kesembuhan pada penyakitnya. Kecintaannya pada hutan terus tumbuh hingga kepeduliannya disalurkan melalui kegiatan membantu masyarakat yang hidup di sekitar hutan untuk dapat mengelola hutan dengan baik. Salah satu yang dilakukan adalah memberikan edukasi dan bersama-sama mengelola sampah plastik menjadi sesuatu yang bermanfaat dan memiliki nilai jual. Mbak Tresna gencar menggiatkan serta mendampingi masyarakat sekitar hutan agar dapat memperoleh akses mengelola hutan sebagai sumber pangan dan kehidupan.

Program yang akan dilaksanakan kedepannya oleh Mbak Tresna yaitu menjaga hutan dengan mengajak masyarakat untuk menanam pohon yang memiliki kearifan lokal, salah satunya pohon sagu. Manfaat sagu sangat luar biasa antara lain sebagai pengganti beras atau karbohidrat–salah satunya diolah menjadi papeda. Mbak Tresna juga bercerita tentang jajanan masa kecilnya bernama “Cako-cako” terbuat dari sagu dan menjadi cemilan favorit masa kanak-kanaknya, namun kini telah hilang. Dalam acara tersebut, Mbak Tresna membawa madu dan minyak Atsiri dari cengkeh yang berasal dari Sulawesi Tenggara.

Food Blogger : Windy Iwandi @foodirectory

food-blogger-windy-iwandi


Perempuan berwajah oriental dan pemilik blog “Food Directory” sejak tahun 2015 ini sangat concern dengan lingkungan. Dengan motto “Guides You When You’re Lost in Hunger“, Windy tak segan berbagi apa saja seputar makanan se-antero jagad di blog miliknya. Sebagai pecinta binatang, Windy juga menyatakan Indonesia memiliki kekayaan alam sangat indah. Hutan Indonesia menjadi destinasi wisata menarik dan ga boleh hilang dari negeri ini. Salah satu pengalaman berkesan bagi Windy adalah ketika berkunjung ke pelosok-pelosok negeri yang memiliki tempat indah. Mbak Windi gencar dan turut serta dalam mengkampanyekan pelestarian hutan melalui keahliannya sebagai food and travel blogger.
narasumber-forest-cuisine-blogger-gathering-2020
Sumber: Dok. Pribadi
Narasumber yang notabene perempuan pada acara “Forest Cuisine Blogger Gathering” berbagi banyak banget cerita tentang kisah hidup mereka masing-masing yang berhubungan dengan hutan dan lingkungan–tentu sangat menginspirasi. Mereka sama-sama menyadari bahwa perempuan menjadi tonggak utama penjaga hutan dari kepunahan. Nilai kearifan lokal yang tertanam dalam jiwa-jiwa lembut namun tegas dari seorang perempuan mampu menjadi senjata ampuh dalam menyisipkan nilai-nilai penting dari hutan mulai dari keluarganya sendiri.

Question and Answer

Animo peserta untuk sesi pertanyaan sangat besar, namun pertanyaan dibatasi karena waktu yang terbatas. Pertanyaan dari peserta sangat menarik, hal ini membuktikan bahwa 30 finalis juga memiliki keresahan dan kepedulian yang sama terhadap hutan dan lingkungan. Jawaban yang diberikan narasumber pun sarat nilai-nilai bagi perlindungan hutan serta tindakan nyata yang dapat kita lakukan dalam mendukung gerakan perlindungan dan penyelamatan hutan.

Cooking Demo 30 Finalis Bersama Chef William Gozali

Beranjak ke acara berikutnya, para peserta diajak untuk memasak olahan pangan dari hutan bersama  jebolan Master Chef Indonesia Season 3 William Gozali. Pria kelahiran tahun 1991 ini, selain piawai dalam mengolah masakan, ia juga seorang pribadi yang asik dan ramah. Tak jarang gelak tawa terdengar saat cooking demo berlangsung. Para peserta dibagi menjadi 5 (lima) kelompok yang terdiri dari 6 (enam) orang peserta. Tema memasakpun tak lepas dari olahan pangan dari hutan, kali ini bahan yang menjadi primadona olahan dari hutan adalah jamur.  Jamur yang digunakan dalam cooking demo yaitu jenis jamur shiitake. Ssstt, ada yang tahu ngga kalau jenis jamur ini salah satu manfaatnya sebagai skincare lho! Kojic acid di dalamnya merupakan alternatif pengganti hydroquinone sehingga bermanfaat untuk menyamarkan noda hitam pada wajah, wow banget kan! Selain itu, shiitake juga mengandung vitamin D yang bagus untuk mengatasi infalamasi atau peradangan kulit. Nah, makin cinta kan dengan olahan pangan dari hutan. Untuk membuat Fettucine Mushroom Ragu yang nikmat, selain jamur shiitake bahan lainnya terdiri dari pasta kering, daun bawang, daun kucai, bawang putih, butter, keju tabur, cream, dan minyak goreng.

Sumber: Dok Pribadi

Mudah saja mengolah resep internasional berbahan lokal dari hutan ini. Pertama-tama tumis daun bawang dan kucai hingga kecoklatan, sisihkan. Tumis jamur shiitake sampai berwarna kecoklatan masukkan cream dan butter aduk hingga harum–tambahkan bawang putih cincang. Bersamaan dengan menumis jamur, masukkan pasta fettucine ke dalam air mendidih hingga matang–tiriskan. Campurkan olahan saus tadi, taburi keju parut, dan voilaaa Fettucine Mushroom Ragu siap disantap, yuummm!

master-chef-william-gozali

Dalam cooking demo, para peserta diajak untuk saling bekerja sama. Pekerjaan seberat apapun apabila dilakukan secara gotong royong pasti menjadi ringan, inilah salah satu kearifan lokal Indonesia yang sudah mendunia. Kerja sama yang baik akan menciptakan suasana senang sehingga segala sesuatu bisa selesai lebih cepat ketimbang dilakukan sendiri. Prinsip kerja sama dan gotong royong inilah yang dibangun dari kegiatan cooking demo bersama William Gozali. Selepas masak-memasak tak lupa berfoto ria sebagai kenang-kenangan.

Sumber: Dok. Pribadi

Kegiatan memasak pada cooking demo tak lepas dari ke-kece-an tempat masak Almond Zucchini Cooking Studio yang memberikan suasana memasak cozy dan homy banget. Suasana bersih dengan arsitektur menarik membuat Almond Zucchini Cooking Studio menjadi pilihan tempat memasak idaman. Berlokasi di tepi Jalan Brawijaya VII Nomor 6A, Pulo Kebayoran Baru, Jakarta, Almond Zucchini Cooking Studio merupakan tempat yang asik untuk mengadakan acara seperti office gathering, kumpul komunitas, dan work space lainnya dengan konsep memasak tentu.

forest-cuisine-blogger-gathering-at-almond-zucchini-jakarta
Sumber: Almond Zucchini

Sumber: Dok. Pribadi 


Selesailah sudah acara “Forest Cuisine Blogger Gathering”. Para peserta kemudian makan siang bersama. Banyak cerita dan pengetahuan yang didapat dalam acara tersebut. Perwakilan WALHI dan Blogger Perempuan Network serta para peserta pun semakin semangat dalam menjaga hutan dan lingkungannya–mulai dari keluarga sendiri. WALHI menyatakan bahwa hutan Indonesia menyimpan banyak sumber daya yang bisa dimakan sebagai sumber pangan, ada alang-alang, kecombrang, pohpohan, lumut hati, berbagai jamur yang lezat, dan lain-lain. Semuanya itu bisa hilang apabila hutan sudah tiada. WALHI mengajak semua pihak untuk turut serta bersama-sama melakukan pemulihan Indonesia. Karena kegiatan ekonomi, sosial, seni-budaya, bahkan politik masyarakat sekitar hutan bergantung kepada hutan. Untuk itulah WALHI mengajak semua elemen masyarakat bersatu padu menjaga #RimbaTerakhirnya dengan berdonasi di https://donasipublik.walhi.or.id 

***

Karti hanya ingin hidup damai di sekitar hutan yang memberikan sandang, pangan, dan papan demi hidupnya dan keluarganya. Karti tak paham tentang teori dan aturan pemerintah dalam menjaga hutan. Karti hanya memiliki nilai-nilai hidup, identitas budaya, dan kearifan lokal yang terpatri kuat dalam dirinya untuk menjaga hutan. Karti adalah ‘Kartini’ dengan caranya, menjaga hutan lewat tangan seorang perempuan sebagai sumber pangan dan kehidupan.

Salam adil dan lestari…!

Sumber: WALHI
Artikel ini saya ikutsertakan dalam Blog Competition “Forest Cuisine Blogger Competition”
yang di selenggarakan Blogger Perempuan Network bersama WALHI Nasional.

#RimbaTerakhir
#PulihkanIndonesia
#WKR
#WALHIXBPN
#BlogCompetitionSeries
#WilayahKelolaRakyat
#HutanSumberPangan
#DonasiWALHI
#AdildanLestari