Hujan di Jendela

cara-menjaga-hubungan-harmonis-saat-memiliki-suami-posesif
Pasangan Halal

Siapa yang baru menikah angkat tangan!?
Siapa yang udah beberapa tahun menikah terus sekarang nyesel???
Maksudnya nyesel kenapa enggak dari dulu, hehehe
Siapa yang belum ketemu belahan jiwanya alias masih jomblo?
Sabar ya mblo…semoga pada waktu yang tepat nanti ketemu juga jodohmu
Aamiin…

Menikah itu Bukan Menyatukan Dua Kepala

Sudah pada tahu kan ya, menikah itu mempertemukan dua orang manusia laki-laki dan perempuan. Jenis kelaminnya berbeda. Karakternya beda. Hobinya bisa beda, bisa juga sama sih. Warna kesukaan juga kadang berbeda. 

Menikah itu bukan menyatukan dua kepala secara implisit apalagi eksplisit, menyatukan dua karakter, apalagi dua sifat, susah cyiiinnn. Enggak akan ketemu-ketemu kalau dipaksa untuk disatukan. Penasaran kenapa? Baca terus sampai tuntas (hihi modus).

Ada enggak ya dua orang yang menikah punya karakter, hobi, dan warna kesukaan sama? Ya bisa saja ada atuh. Cuma apa enggak monoton kalau sama–alasan pembenar. Kan jadi enggak ada berantem-berantem lucu-nya gitu nanti lho! uwuw

Dari dua orang yang berbeda ini, mereka bersatu dalam ikatan suci. Kalian tahu, kenapa disebut ikatan suci? Ya karena diantara janji pernikahan atau ijab qabul saat menikah itu ada Tuhan yang ikut mengaminkan dan menyaksikan sumpah setia pernikahan. Mereka disatukan dalam kasih Tuhan dan atas nama Tuhan pula mereka berjanji saling setia sehidup sesyurga, aamiin.
Namanya juga menyatukan dua karakter, tentu saja dua orang menikah harus banyak bersabar dan ikhlas menerima kekurangan pasangan. Kalau kelebihan sih bukan diterima, anggap saja bonus ya.

Kekurangan itu misalnya suka mendengkur alias ngorok waktu tidur, suka kentut sembarangan, suka lempar handuk seenaknya selesai mandi. Coba mulai dibayangin banyak deh pasti. Jadi senyum-senyum sendiri kan bayanginnya?!

Selama bukan kekurangan dalam hal melanggar aturan perundang-undangan tentang kekerasan dalam rumah tangga, hal itu harusnya masih bisa ditoleransi ya.
Apakah posesif masuk kategori kekurangan pasangan?
Apasih maksudnya pasangan posesif?
Di artikel ini saya mau bahas kalau yang posesif adalah suami. Sebenarnya posesif itu menurut saya banyak tingkatannya. Tiap laki-laki mungkin berbeda ya. Balik lagi nih, sepanjang posesifnya itu tidak melanggar ketentuan agama dan negara, istri yang memiliki suami posesif tentu harus punya cara agar hubungan tetap harmonis.

Ciri Suami Posesif

Ini sih menurut pengalaman saya dan beberapa curhatan kawan, kalau suami posesif itu antara lain begini nih :
  1. Biasanya cemburuan, kadar cemburuannya lebih dari biasa.
  2. Suka ngecek handphone.
  3. Sering banget menelepon kalau istri sedang di luar rumah.
  4. Message atau kirim pesan hampir tiap saat.
  5. Ada juga yang selalu pengen antar jemput setiap saat.
  6. Harus share loc kalau dimana-mana.
  7. Suka video call kalau istri di luar.
  8. Suami bersedia diperlakukan/memperlakukan semua poin diatas.

Pasti yang lagi baca auto ngomong dalam hati:

Ahhh masih ada lagi!
Ahh enggak cuma itu aja!
Aduh itu saya banget!
Saya setuju kok, masih banyak banget tipe atau ciri suami posesif lain. Namanya juga kasih contoh kalau banyak-banyak nanti artikel ini jadi skripsi atuh, laahh bujug! hihihi

cara-menjaga-hubungan-tetap-harmonis-saat-memiliki-suami-posesif
Pasangan Halal

Menikah itu Mempertemukan Perbedaan

Kenapa menikah itu bukan menyatukan dua kepala, karena enggak mungkin ada dua manusia beda jenis kelamin dan beda segala sifat dan karakternya itu dipaksa harus berubah seperti keinginan pasangan.

Kalau begitu teori sabar dan ikhlas enggak perlu lagi kita pelajari. Adab menghormati dan menghargai enggak usah kita ikuti, laah udah sama semua.

Tuhan itu mencipta manusia jumlahnya miliaran, eh kayanya lebih ya! Triliunan? hmmm kayanya lebih lagi. Ya pokoknya banyak deh DNA manusia bumi, lebih dari triliunan. Ada kah yang sama? Pasti beda! Mahabesar Allah dengan segala kekuasaan-Nya. Anak kembar identik saja sifat dan karakternya enggak akan sama, apalagi dua manusia di bahtera rumah tangga–eaaa.
Karena perbedaan itulah, menikah menjadi ajang kita untuk belajar sabar, belajar ikhlas, belajar menghormati, belajar menghargai, banyak deh pokoknya. Kalau belajar saling sayang dan cinta mah enggak perlu disuruh–wajib itu.

Dua manusia berbeda jenis kelamin ini akan mengarungi bahtera rumah tangga dengan segala cara-cara yang baik. Tujuannya cuma satu sakinah, mawaddah, warohmah. Pernikahan itu sebuah persahabatan, sebuah sakramen, kebersamaan seluruh hidup.

Kita enggak pernah tahu dan enggak akan mungkin nanya apakah pasangan  kita posesif atau enggak. Itu akan terasa seiring berjalannya hubungan pernikahan. Terus gimana sih menjaga hubungan tetap harmonis saat memiliki suami posesif, ini dia nih tips dari saya:

1. Terbuka atau Saling Jujur Termasuk Berbagi Password Handphone

Yahh ini sih enggak usah dibahas karena udah tahu dari dulu. Dari jaman nenek moyang ngomongnya begini. Eitss tapi udah selalu diterapkan belum? Kadang kan baca teori itu gampang banget, pas prakteknya susah minta ampun. Memang benar poin pertama suksesnya suatu hubungan itu harus saling terbuka dan saling jujur. Ini untuk hal kecil sekalipun.

Jaman sekarang saya paham, kalau urusan handphone katanya privasi. Katanya lagi tidak etis kalau pasangan kepo atau mau tau aja urusan di handphone! Nah lo, bentar-bentar kok saya jadi gemes ya dengan anggapan yang ada di jagad raya ini. Balik lagi ke Pasal 1, katanya harus terbuka, katanya harus saling jujur.

Masa urusan handphone aja sampai harus dikunci. Its okay sih kalau dikunci menghindari anak-anak melihat gambar mesra ayah ibu. Atau dikunci saat bersosialiasi dengan orang di luar sana. Tapi berbagilah password handpone dengan pasangan kita sendiri. Coba dibalik, kenapa juga enggak boleh tau password kalau memang di handphone enggak ada apa-apa? As simple as that sih.

2. Jaga Komunikasi dan Lakukan Apa Yang Menjadi Amanah/Pesan dari Suami

Kalau suami posesif udah mengizinkan kita keluar rumah, itu tandanya suami percaya bahwa kita bisa menjaga amanahnya. Terus kalau suami minta kita sesekali berkabar, ya jangan sampai lupa. Beri kabar ke suami agar beliau tidak cemas.

Kaya istrinya paling cantik sedunia aja yaa, kayanya kok lebay banget! Ya iyalah istri itu kan bidadari suami nanti di syurga, mana ada bidadari yang buruk rupa, betul enggak!? hihi

Menjaga komunikasi yang baik antar pasangan sebenarnya kunci banget. Kunci menjaga hubungan selalu harmonis. Semua dikomunikasikan dengan baik dan dua arah. Iya harus dua arah karena menikah kan dua orang. Jadi bukan searah ya! Harus sama-sama menjalin komunikasi yang baik agar hubungan langgeng sampai kakek nenek, aamiin.

3. Saling Sabar dan Mengalah

Sadar atau enggak menikah itu akan membuat pasangan saling belajar sabar dan mengalah. Mulai dari gemesnya istri kalau liat handuk tergeletak tak berdaya di kasur. Itu hal kecil yang menguji istri dalam menjaga hubungan tetap harmonis dengan suami.

Terlebih dengan suami posesif. Hal-hal yang menurut kita harusnya biasa saja, tidak dilebih-lebihkan, lain halnya dengan pandangan suami yang posesif. Biasanya suami posesif akan menguji banyak kesabaran istri. Misalnya seperti contoh di atas, kalau sudah sms atau whatsapp harus banget buru-buru dibalas. Karena kalau istri enggak buru-buru balas pikirannya jadi kemana-mana. Bisa khawatir atau curiga (ini kalau posesif yang tingkatnya lebih tinggi lagi). Nah, harus banget ini para istri banyak sabar dan mengalah.

Inget aja dalam hati kalau suami melakukan itu semua karena cinta dan sayangnya yang begitu besaaarrrr–cieee

4. Jaga Kepercayaan Pasangan

Kalau misal suami sudah mengizinkan istri keluar rumah bukan berarti jadi ajang kebebasan tanpa batasan. Istri pun harus menjaga kepercayaan dimanapun berada. Jaga bicara atau bercandaan dengan lawan jenis–seperlunya saja. Pulang tepat waktu.

Saling menjaga kepercayaan akan menjadikan hubungan suami istri jadi harmonis. Contoh lain dalam mengatur keuangan suami dan istri. Prinsip kepercayaan menjadi sangat penting. Dengan adanya rasa saling percaya pasangan jauh dari pertengkaran.

5. Negosiasi

Ini penting banget nih untuk dilakukan saat istri atau pasangan sudah mulai merasa tidak nyaman. Harus dibicarakan baik-baik dengan pasangan tentang apa yang disukai atau tidak disukai. Apa yang harus dilakukan agar pasangan merasa tenang dan nyaman atau sebaliknya.

Posesif yang Positif

Posesif sepanjang itu positif tidak perlu ditakuti. Tidak usah juga pergi ke konseling. Karena itu bukanlah kekurangan bahkan penyakit. Posesifnya seorang suami bisa jadi suatu anugerah seorang istri.

Lihat saja di luar sana, berapa banyak para istri yang mengeluh akibat memiliki suami yang terlalu cuek. Iya, saya setuju suami cuek tidak ada salahnya. Betul. Balik lagi ke teori di atas, sifat dan karakter kan berbeda-beda. Selama cueknya suami si istri nyaman ya enggak apa-apa banget.

Tapi banyak juga istri yang mengeluh saat suaminya kelebihan cuek. Nah, memiliki suami posesif tidak selalu menjadi sesuatu yang negatif. Selama posesif itu untuk kebaikan berdua, kenapa tidak?! Akhirnya pasangan selalu bisa menjaga hubungan tetap harmonis. Sang istripun selalu bahagia saat memiliki suami posesif.

Yuk, sama-sama terus belajar menjaga hubungan kasih sayang dengan pasangan. Eits, pasangan suami istri masing-masing yaaa, yang halal!.

Salam sehat dan bahagia.