Hujan di Jendela

Hutan Sumber Pangan Jangan Hilang

hutan-sumber-pangan-jangan-hilang

“alhamdulillah tulisan ini mendapat Juara 3 dalam Forest Cuisine Blog Competition yang diselenggarakan Blog Perempuan Network bersama WALHI”

Seekor Macaca fascicularis (monyet ekor panjang) melompat dan meliuk-liuk dari satu pohon ke pohon lain tanpa arah. Tubuhnya berlompatan dan sesekali melihat kepulan asap menjulang tinggi. Hutan bertambah gelap, menutupi arah bidik mata sang Macaca. Matanya nanar, penuh amarah. Habitatnya terbakar lagi, setelah pada tahun 2015 terjadi kebakaran besar–hutan belantara tempat tinggalnya hampir hilang.

Bukan hanya Macaca yang merasakan dampak kebakaran hutan, tapi seluruh ekosistem di dalamnya merasakan kegetiran yang sama. Kebakaran hutan tahun 2018 telah menyebabkan setidaknya ribuan hektar hutan dan/atau lahan mengalami kerusakan. Masih akibat kebakaran, lingkungan hidup yang sehat berubah menjadi lautan asap.

Selain sebagai penyeimbang bumi, tempat tinggal hewan dan segala ekosistemnya, lingkungan hidup yang sehat-dalam hal ini hutan yang lestari-merupakan bagian dari hak asasi manusia dan ini tertuang sangat jelas dalam Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 28 huruf H.

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh layanan kesehatan. 

Makna dalam Pasal tersebut menjadi salah satu landasan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak atas lingkungan hidup yang sehat, mendapat perlindungan kesehatan, berkelanjutan hingga generasi berikutnya. Hutan yang lestari dan berkelanjutan merupakan hak setiap anak bangsa untuk hidup dan bertumbuh bersamanya.

Hutan Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah ruah, belum lagi keanekaragaman hayati sangat indah, dan sebagai salah satu negara kepulauan terbesar (archipelagic state) Indonesia menjadi satu-satunya negara penyumbang kestabilan iklim dunia.

Tahukah kamu berapa jumlah hutan Indonesia saat ini?

Permasalahan hutan antara lain, pembalakan liar, penjualan satwa yang dilindungi, penggundulan hutan, kebakaran hutan atau lahan dan sebagainya.

Untuk kebakaran hutan itu sendiri ada berbagai modus operandi yang dimainkan oleh investor atau pelaku usaha yang “nakal”.

Salah satu contoh sederhananya seperti ini, apabila investor dibidang perkebunan hendak menambah income dengan membuka lahan, Investor “nakal” akan memutar otak bagaimana membuka lahan dengan prinsip ekonomi, yaitu dengan biaya serendah-rendahnya untuk mendapatkan untung setinggi-tingginya.

Salah satu bentuk pembukaan lahan yang hemat “dikantong”, cepat dan efisien yaitu dibakar (berdasarkan wawancara penulis dengan Profesor Bambang Hero Saharjo, Guru Besar sekaligus ahli kerusakan dan kebakaran hutan dari Institut Pertanian Bogor pada 23 April 2019).

Sebab dengan membakar, biaya membuka lahan menjadi jauh lebih ringan. Alih-alih mendapat untung besar dan menghemat biaya, investor atau pelaku usaha justru harus berhadapan dengan penegakan hukum karena kebakaran.

Membuka lahan dengan cara membakar menjadi salah satu larangan tegas di dalam peraturan perundang-undangan. Sanksi yang dapat diberikan berupa sanksi administratif, perdata bahkan sanksi pidana.

Kerusakan hutan akibat kebakaran inilah sebagai salah satu sebab mengapa perlindungan hutan Indonesia sudah menjadi kewajiban semua pihak. Pemerintah, stakeholder, dan masyarakat wajib bahu-membahu melindungi sumber kehidupannya. Melindungi hutannya. Bukan hanya untuk kita saja, melainkan juga untuk generasi berikutnya.

Luas hutan Indonesia menurut data dari KLHK sebesar 120,6 juta hektar, hal ini tertuang dalam buku Status Hutan dan Kehutanan Indonesia 2018 dengan persentase seluas 63 persen dari jumlah daratannya sebagai kawasan hutan, sisanya disebut area penggunaan lain (APL).

Menarik untuk ditilik tentang pengertian hutan dalam peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang menyatakan bahwa:

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan

Menjadi suatu kesatuan ekosistem, hutan memiliki sekumpulan makhluk hidup yang tinggal di dalamnya, pohon-pohon bermacam jenis, bebatuan beraneka ragam, aliran air sungai, tanah berbagai mineral, dan semua unsur pembentuk penopang kehidupan alam seisinya, termasuk sebagai sumber pangan manusia.

Sebagai salah satu sumber pangan bagi manusia, hutan memiliki keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang tentunya bermanfaat bagi keberlangsungan makhluk hidup. Tersebutlah berbagai sumber pangan hasil hutan seperti sagu, kopi, aren, rempah-rempah, berbagai jenis buah-buahan seperti rambutan, cempedak dan sebagainya. Dari beberapa contoh tersebut, aren menjadi salah satu tumbuhan hutan yang sarat manfaat.

Pohon aren atau enau memiliki nama ilmiah Arenga pinnata Merr. Pada masa lalu, tanaman ini memiliki nama botani Arenga saccharifera. Tingginya bisa mencapai 15 hingga 20 meter dengan tajuk daun menjulang tinggi melampaui batang.

Tumbuh di daerah kering atau pinggir pantai di berbagai negara, bahkan konon kabarnya pohon aren berasal dari Indonesia. Pohon aren ini memiliki keunikan dapat tumbuh pada jenis hutan yang berbeda.

Kekuatannya bertahan hidup membuat pohon aren tersebar di Indonesia dalam jumlah cukup banyak, inilah mengapa pohon aren sangat dekat dengan masyarakat di sekitar hutan karena seluruh bagian pohon memiliki manfaat.

Buah

Buah pohon aren disebut buni, buah buni ini memiliki air di dalamnya, ukuran garis tengah dari buah buni kurang lebih 4 cm dengan bentuk buah bulat lonjong. Satu buah aren memiliki 3 (tiga) biji di dalamnya, ini yang biasa kita sebut dengan kolang kaling–memiliki serat yang bagus untuk kesehatan.

Olahan dari kolang kaling dapat kita temui dalam berbagai rupa penganan seperti kolak, es campur, kue, minuman kaleng, manisan, wedang ronde dan sebagainya. Ahh sedapnya!

Hutan Sumber Pangan Jangan Hilang Lomba Walhi Blogger Perempuan Network

Sumber: tribunnews.com

Daun dan Pelepah


Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan memanfaatkan daun pohon aren sebagai atap rumah mereka. Atap dari daun pohon aren mampu melindungi masyarakat–yang tinggal di pedalaman hutan–dari hujan dan panas matahari.

Ditambah lagi, atap dari daun pohon aren memberikan kesejukan dan mampu menahan terpaan angin. Lain daripada itu, pelepah pohon aren biasa digunakan sebagai  bahan pembuat alat pancing berupa senar.

hutan-sumber-pangan-jangan-hilang

Sumber: twitter.com

Batang

Batang pohon aren menghasilkan tepung sebagai salah satu olahan makanan dari hutan. Tepung pohon aren diperoleh saat pohon aren tak lagi memproduksi nira. Betapa haru, bahwa saat ia hampir matipun pohon aren masih memberikan manfaat teramat.

Tepung dari satu batang pohon aren bisa mencapai 100-150 kg. Sebut saja cendol, kue, bihun, mie dan sebagainya merupakan contoh jenis makanan menggunakan tepung pohon aren.

hutan-sumber-pangan-jangan-hilang

Sumber: arenproduktifsyari.com

Peran Generasi Muda

Dalam Melindungi dan Menjaga Hutan Indonesia

Nira

Pohon aren menghasilkan nira berupa cairan yang cara mendapatkannya dengan disadap dari bunga jantan. Cucuran air nira disadap kemudian ditampung ke dalam bumbung atau batang bambu.

Penyadapan nira biasanya dilakukan pada pagi dan sore hari. Biasanya 1 (satu) pohon aren memiliki masa produksi selama 8 sampai dengan 9 tahun, setelah itu pohon aren akan mati. Menurut penelitian ahli, dalam satu hari, satu bunga tandan bisa menghasilkan nira sebanyak 4 hingga 5 liter.

Nira aren memiliki nilai gizi karbohidrat, lemak, protein, dan mineral. Nira yang sudah mengalami fermentasi dimanfaatkan masyarakat sebagai tuak dan cuka. Beberapa pendapat mengatakan bahwa tuak ini memiliki manfaat bagi perempuan dalam masa haid.  

Tambahan pula, nira yang masih segar dapat langsung diminum, khasiatnya pun tak diragukan karena dapat dimanfaatkan sebagai obat sariawan, TBC, wasir, disentri dan memperlancar pencernaan–untuk olahan makanan dapat digunakan sebagai pengembang roti.

Nira segar yang tidak mengalami fermentasi dapat diolah menjadi gula aren yang kaya manfaat. Setelah terkumpul dan jumlahnya cukup, nira direbus dalam wajan dengan api yang tidak terlalu besar. Gula aren akan terbentuk saat warnanya berubah menjadi pekat, mengental seperti dodol lalu dituangkan ke dalam cetakan.

Kandungan gula aren di dalamnya ada kalsium, zat besi, karoten, vitamin A, B12, C, E, float, garam mineral, dan protein. Banyak pendapat menyatakan bahwa gula aren mempunyai citarasa tersendiri, selain aromanya khas, gula aren juga lebih mudah larut apabila dicampur dengan air serta tidak menghasilkan ampas ketika diaduk.

Bentuk gula aren ada 3 (tiga), yang pertama yaitu gula aren cetak, biasanya berbentuk bulat dibungkus menggunakan daun kelapa. Kedua berbentuk gula pasir, ini merupakan gula aren yang diproses menjadi kristal kecil berwarna merah. Ketiga disebut sebagai gula semut, mirip dengan gula pasir namun ukurannya lebih besar.

hutan-sumber-pangan-jangan-hilang

Sumber: agro herbal

Manfaat Gula Aren

Sebagaimana alam yang selalu memberikan kebaikan, gula aren pun selalu memberikan manfaat kebaikan bagi siapa saja yang menyantapnya. Selain dapat menjadi olahan makanan atau minuman, gula aren juga memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh, salah satunya energy booster atau penambah energi saat kelelahan.

Tak jarang bagi pecinta kegiatan alam seperti pendaki gunung, gula aren atau gula merah menjadi barang bawaan yang wajib untuk dibawa serta ke atas gunung. Gula aren juga memiliki kandungan antioksidan yang dapat membantu sel-sel tubuh menghindari radikal bebas. Gula aren ini pun digadang-gadang baik untuk sistem pencernaan dengan kandungan niacin di dalamnya.

Niacin inilah yang membantu sistem pencernaan dengan mengubah makanan menjadi energi. Inilah yang menjadikan gula aren unggul sebagai olahan makanan yang berasal dari hutan.

Berbagai olahan makanan dapat dibuat dari gula aren, misalnya saja lupis, cucur, putu bambu, klepon, serabi dan masih banyak lagi. Berbicara mengenai olahan makanan favorit, hampir seluruh makanan olahan gula aren memiliki penggemar luar biasa, termasuk saya.

Namun dari banyaknya olahan makanan berasal dari gula aren, makanan favorit saya adalah kue putu bambu. Mudah sekali membuatnya, didihkan air dengan garam secukupnya, diamkan. Kemudian masukkan tepung beras, aduk hingga tercampur dengan air didihan tadi. Masukkan adonan ke dalam bambu kecil, lubangi tengahnya untuk menambahkan gula aren, kemudian dikukus kurang lebih 10 menit.

Setelah matang keluarkan dari cetakan bambu, tambahkan parutan kelapa, kue putu bambu siap disantap. Rasanya tak perlu diragukan lagi, bikin nagih. Kue putu bambu ini wajib banget dicoba, karena selain rasanya manis dan lezat, putu bambu juga memiliki kandungan manfaat.

hutan-sumber-pangan-jangan-hilang

Sumber: traveltribunnews.com

Sebagai salah satu sumber pangan dari hutan, olahan makanan yang berasal dari pohon aren tentulah bergantung pada kelestarian dan keberlanjutan hutan. Bisa dibayangkan apabila hutan semakin hilang, mungkin pohon arenpun hanya akan tinggal kenangan.

Untuk itu, siapapun harus mulai bergerak ke depan demi mewujudkan perlindungan bagi bumi yang semakin di eksploitasi secara massive oleh jiwa-jiwa tamak berkedok investasi. Adalah perempuan–menurut WALHI–merupakan  salah satu sosok “agent of change” bagi kelestarian hutan dan lingkungan.

Semua yang bermula dari perempuan begitu kuat teringat dalam benak, mungkin ini pula yang menjadi alasan betapa perempuan memiliki andil besar dalam kampanye terhadap lingkungan–mulai dari lingkungan terdekatnya yaitu keluarga.

WALHI menyatakan dalam salah satu tulisannya, bahwa perempuan dan lingkungan merupakan sebuah perpaduan interaksi yang indah antara kearifan kaum hawa dan dengan manfaat terbaik dari alam. Hal ini dikarenakan perempuan mampu mengelola rumah tangga dengan memanfaatkan alam sebagai elemen pemenuh kebutuhan hidup.

Selain menggandeng perempuan, WALHI sebagai salah satu organisai lingkungan hidup independen non-profit di Indonesia menjadi satu-satunya pejuang lingkungan di garda terdepan dalam rangka melindungi lingkungan agar bisa dinikmati oleh masyarakat. Didirikan secara resmi pada tanggal 15 Oktober 1980, WALHI bermula dari gagasan tokoh-tokoh penting yaitu Emil Salim, Bedjo Rahardjo, Erna Witoelar, Rio Rahwartono, dan Tjokropranolo. Kemudian para founding fathers WALHI tersebut merangkul Non-Governmental Organization (NGO) dan para pecinta alam untuk bergabung dalam rangka melindungi lingkungan.

WALHI memiliki nilai-nilai yang menjadi ruh dalam setiap gagasannya bagi kelestarian dan keberlanjutan lingkungan hidup dan kehutanan, yaitu:

  1. Menghormati Hak Asasi Manusia, bahwa kesadaran, sikap, dan tindakan selalu mengutamakan dan menilai tinggi nilai-nilai Hak Asasi Manusia.
  2. Demokratis maknanya bagi WALHI, bahwa seluruh masyarakat haruslah terlibat pada segala proses pengambilan keputusan atau kebijakan yang akan berdampak terhadap keberlanjutan atau keberlangsungan kehidupan masyarakat, memberikan kesamaan hak-hak, kesetaraan politik dan partisipasi rakyat dalam menjalankan kendali hasil keputusan tersebut.
  3. Keadilan gender disini bahwa semua orang berhak memperoleh kehidupan dan lingkungan hidup yang layak tanpa dibedakan jenis kelamin, agama, dan status sosialnya. Adil terhadap laki-laki dan perempuan terkait peran dan tanggung jawab baik dalam budaya masyarakat maupun kebijakan politik negara
  4. Keadilan ekologis menekankan pada pentingnya akses masyarakat pada benefit atas pemanfaatan sumber daya dan keadilan pengakuan yang menekankan pada pentingnya pengakuan terhadap eksistensi keragaman cara masyarakat mengelola alam.
  5. Keadilan antar generasi terhadap lingkungan hidup yang sehat dan berkualitas menjadi faktor penting dalam berkehidupan.
  6. Persaudaraan sosial dalam wujud membangun kebersamaan dan solidaritas yang tinggi dan mengikat diri dalam kerja-kerja sosial antar warga.
  7. Anti kekerasan, bahwa negara, kelompok, dan individu dilarang melakukan kekerasan fisik dan non fisik kepada seluruh rakyat.
  8. Keberagaman merupakan pengakuan terhadap kesederajatan manusia dalam keragaman atau kemajemukan.

Nilai-nilai tersebut terus menjadi pedoman dalam berbagai kegiatan WALHI demi mewujudkan lingkungan hidup dan kehutanan yang lestari bagi keberlangsungan generasi mendatang. Sebagai salah satu wujud nyata WALHI turut serta menjaga lingkungan baru-baru ini adalah menggalang donasi untuk mendukung penuh atas perjuangan masyarakat terkait Kabupaten Mentawai “Rimba Terakhir” khususnya pulau Siberut yang terancam eksploitasi begitu besar padahal pulau Siberut merupakan salah satu cagar biosfer dunia yang ditetapkan UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan). Untuk lebih jelasnya dapat di klik pada https://donasipublik.walhi.or.id

Menjaga hutan sama artinya menjaga sumber sandang, pangan, dan papan bagi kehidupan. Hutan yang terus lestari akan diwariskan pada generasi mendatang. Kalau WALHI saja sudah mulai, kamu kapan?

Macaca terduduk pada sebuah batang pohon menyaksikan rumah kawannya hilang. Si jago merah melalapnya dalam sekejap–belantara hutan disapu api yang kemudian menghitam. Macaca menangis–cemas bukan kepalang–kalau nanti rumahnya, sumber pangannya, cepat atau lambat, besok atau lusa, di tahun-tahun mendatang hanya tinggal cerita.

hutan-sumber-pangan-jangan-hilang

#PulihkanIndonesia #RimbaTerakhir #WALHIXBPN

#HutanSumberPangan #BlogCompetitionSeries

Sumber bacaan:
http://walhi.or.id

http://www.forda-mof.org
http://travel.tribunnews.com

http://menlhk.go.id