Hujan di Jendela

Tersenyumlah, Kelak Semesta Memberi Bahagia

Tersenyumlah, Kelak Semesta Memberi Bahagia cover 1

Sejurus pandang kulihat bapak-bapak paruh baya menyeka keringat di dahinya sambil sibuk mencari sesuatu di saku celana. Segiempat berbentuk kartu yang biasa berbunyi tap-tap apabila di letakkan di mesin scan pintu kereta atau kini akrab dengan sebutan KRL terjatuh. Pelan-pelan sang bapak berusaha jongkok sambil tangan kirinya menopang punggung, menahan sakit, entah rematik atau memang karena usia hingga sulit mengambil posisi seperti itu untuk kemudian berdiri dengan cepat. Sorot mataku tertuju pada gantungan kunci di tas kulitnya, mengayun-ayun sebab tubuhnya gontai meraih kartu kereta.

Tasnya jelas terlihat lusuh, kelupas sana sini, namun gantungan kunci bergambar Danau Toba jelas terlihat dari belakang tempat aku berdiri. Kubantu bapak mengangkat tubuh, mulutnya menyeringai seperti lega berhasil berdiri dengan stabil, ia tersenyum dan berucap terima kasih sambil berjalan mendahului sebelum serangan penumpang lain yang berlarian menuju pintu keluar.

Bapak itu memperbaiki posisi masker sambil berlalu pergi. Beberapa tahun sudah pandemi berlalu, namun masker masih selalu menemaniku, menemanimu, dan menemani kita. Preventif, itu yang selalu digaungkan negara, alhasil aku pun tak juga kontra, siap sedia mematuhi aturan dan himbauan yang ada.

Senyumlah Kawan Ayo Kita Berteman

Aku sampai di kantor sudah agak terlambat sekitar 30 menit, buru-buru kukenakan lanyard hijau kesayanganku, manik-manik berkilauan namun buatku tidak mencolok. Kuperhatikan wajahku di cermin toilet kantor, aku tersenyum dan berkata dalam hati, semoga hari ini menyenangkan, membuat semangat dan bahagia, aamiin. Kupakai maskerku dan berlalu menuju lift.

Ku tekan angka 9 di dalam lift, meski kantorku berada di lantai 10. Lift hanya sampai lantai 9 kemudian menaiki tangga ke lantai 10–hitung-hitung olahraga. Setelah kuletakkan tas di meja kerja biasanya aku bergegas mengambil file-file pekerjaan yang kemarin belum sempat kuselesaikan. Tak sengaja aku berpapasan dengan seorang teman kantor, aku tersenyum, dia tak membalas dan terus berlalu.

Aku berpikir keras apakah tadi dia tidak melihatku saat berpapasan, padahal jalan yang kami lewati sangat kecil sehingga menurutku harusnya dia melihat aku berjalan di sampingnya. Sesulit itukah tersenyum wahai teman? Seketika pikiranku bertanya-tanya, apa aku ada salah kepadanya? Apa dia kesal terhadapku? Rasanya aku tak pernah bersinggungan dengannya.

Kuceritakan kejadian tersebut pada temanku yang lain. Temanku berusaha menenangkanku bahwa karakternya memang begitu, apalagi kalau tidak dekat dengannya. Aku tertegun, berusaha menghilangkan perasaan suuzan dalam hati. Mungkin dia memang sedang ada masalah lain yang aku tidak tahu sehingga membuatnya sulit tersenyum pada orang lain, hari itu.

Tersenyumlah, Kelak Semesta Memberi Bahagia cover 1

Senyum Juga Ibadah dan Sedekah Paling Mudah

Sebagian orang berpikir tersenyum memang tidak bisa sembarangan. Kadang senyum juga bisa membawa malapetaka, contohnya saja tersenyum pada laki-laki di luar sana yang tidak kita kenal, tentu ini berbahaya. Untuk sebagian introvert lainnya juga mungkin senyum merupakan pekerjaan yang sulit dilakukan. 

Tentu saja aku setuju bila senyum juga harus pada tempatnya. Memberikan senyum pada orang yang tepat artinya bukan memilih tersenyum dengan orang yang kita kenal saja, tetapi tersenyumlah dengan siapapun yang sekiranya membalas senyum kita pada tempatnya dalam kebaikan. Contohnya senyum pada bapak tua di jalan selepas kita tolong tadi, dan sebagainya.

Senyum itu kata pak ustaz ibadah dan senyum itu bernilai sedekah. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dzar RA:

“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.” (HR. Tirmidzi).

Sejarah Islam juga mengatakan bahwa Rasulullah SAW sangat murah senyum, selalu ceria, dan selalu berkata baik. Indahnya Islam mengajarkan nilai-nilai dalam kehidupan. Akupun sering dibilang selalu ceria oleh beberapa teman. Bukannya dibuat-buat memang bagiku tak ada alasan kita untuk tidak tersenyum. Meski ada masalah senyumin saja, ya, kan!

Senyum, Salaman, dan Salam Membuat Dosa Berguguran

Mungkin suatu hari akan aku coba lagi apabila berpapasan dengan temanku yang tak membalas senyumku. Aku tidak boleh menyerah, boleh jadi waktu itu dia memang sedang banyak masalah. Enggak boleh suuzan. Wajar memang kalau aku kecewa karena sudah senyum, eh, bertepuk sebelah tangan, hihi. Bukan soal malu sama diri sendiri (iya juga, sih), tapi lebih merasa dan bertanya dalam hati, apa salah dan dosaku? Huhu.

Sekalian bila bertemu kuucapkan salam dan salaman. Agar tak ada keraguan dan pertanyaan. Pertanyaan dalam diriku, sebab apa waktu itu senyumku tak dibalasnya. Sebab senyum, salaman, dan salam pada sirah Islam merupakan beberapa contoh akhlak yang mulia. Senyum kepada lawan bicara atau orang yang ditemui dapat melembutkan hati dan menimbulkan kebahagiaan.

Hati yang fitrah akan memberikan respon positif terhadap senyuman. Setidaknya ada 4 (hadist) mengenai senyuman. Senyum itu sangat mudah, cukup menggerakkan otot wajah dan bibir hingga berbentuk senyuman. Itu bisa disebut sedekah, sedekah paling mudah.

Kalau kita mudah tersenyum untuk kebaikan pada orang yang tepat, bayangkan, berapa banyak kita sudah bersedekah dan mendapatkan pahala dengan tersenyum. Janganlan engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu berupa cerahnya wajahmu terhadap saudaramu.

Selain senyum, ketika berjumpa dengan orang lain apalagi seiman baiknya bersalaman sebab dengan bersalaman dapat menggugurkan dosa sebagaimana gugurnya dedaunan. Ini pun ada hadistnya diriwayatkan oleh HR. Ath Thabrani. Bersalaman merupakan salah satu contoh akhlak yang mulia. Tentu bersalaman secara Islam harus dengan mahramnya, ya.

Mengucapkan salam adalah mengucapkan doa, saling mengucap salam tentu saling mendoakan dalam kebaikan. Mengucapkan salam sesama saudara artinya kita saling mendoakan saat bertemu. Ini menjadi anjuran dalam Islam. Hadistnya pun shahih.

Itulah mengapa senyum, salaman, dan salam menjadi kegiatan yang ringan dan sederhana namun memiliki banyak keberkahan dalam hidup kita. Kalau ada teman yang tidak membalasnya kita tak boleh kecewa. Lain hari, harus dicoba lagi memberikan senyuman, mengucapkan salam dan bersalaman.

Senyum Melepaskan Hormon Endorfin dan Serotonin, Bonus Semesta Memberi Bahagia

Tahukah kamu, bahwa dengan tersenyum tubuh melepaskan hormon endorfin dan serotonin. Hormon endorfin merupakan hormon pengurang rasa sakit. Sedangkan hormon serotonin merupakan hormon yang mengendalikan mood. Berdasarkan penelitian, efek tersenyum atau tertawa terhadap tubuh mengaktifkan kelenjar pituitari untuk mengeluarkan salah satu hormon endokrin. Hormon ini berhubungan dengan emosi senang, yaitu hormon endorfin–beta endorfin (Hiller-Sturmhofel & Bartke, 1998 dalam Abdurachman, 2018).

Selain melepaskan endorfin, hormon yang juga dihasilkan akibat senyum atau tertawa adalah serotonin dan dopamin. Hormon serotonin ditemukan oleh Maurice Rapport pada awal tahun 1948, yang secara khusus dikenal sebagai hormon yang mengatur kebahagiaan dan kecemasan, sedangkan dopamin dikenal sebagai pengatur dari pusat kesenangan dan penghargaan (Robertson, 2016 dalam Abdurachman, 2018).

Tersenyumlah Agar Hati Selalu Bahagia

Pukul 15.55 saatnya aku bersiap pulang ke rumah. Ku shutdown laptop di hadapanku, kabel-kabel charger ku gulung  seperti biasa. Kurapihkan meja kerja bersiap pulang jam 16.00 tepat. Aku tak mau terlambat mengejar kereta tercepat sebab suasana kereta pasti padat. Tentu saja karena jam pulang kerja biasanya pasti penuh dengan penumpang.

Ku susuri koridor kantor sambil sesekali kulayangkan senyuman pada orang lewat, baik yang ku kenal maupun yang tak begitu kukenal namun setiap hari bertemu karena berada di gedung yang sama dengan kantorku. Kejadian beberapa waktu lalu tak akan membuatku trauma untuk memberikan senyuman kepada siapa saja yang tepat. Sebab, aku telah banyak mendapat manfaat dari sedekah paling hemat.

Ciiisss

Referensi:

1. alazharasysyarifsumut(dot)sch(dot)id

2. yankes.kemkes(dot)go(dot)id

*Tulisan ini diikutsertakan dalam Ramadan Blog Challenge 2023 bersama bloggerperempuan(dot)co(dot)id

#BPNRamadan2023